Selasa 28 Februari 2023, seusai melakukan penilaian bab tentang bioteknologi pada hari sebelumnya, siswa kelas 9 SMPIT Insantama Serang melakukan praktikum mengenai salah satu produk bioteknologi tradisonal yang sering kali dikonsumsi oleh masyarakat luas yaitu tempe. Tempe sendiri merupakan produk olahan dari kacang kedelai yang terbentuk karena proses fermentasi dari Rhizopus oligorpus, sejenis fungi.
Sebelum melakukan praktikum siswa diberikan prasyarat terlebih dahulu untuk melihat kesiapan mereka. Siswa diberikan pertanyaan tentang bagaimana cara membuat tempe.
Tahapan pertama yang dilakukan siswa adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, seperti kacang kedelai sebagai bahan utama dan ragi tempe. Alat yang digunakan siswa kali ini cukup sederhana, diantaranya baskom, panci, saringan, plastik, dan kompor.
Tahapan selanjutnya ialah siswa membersihkan kacang kedelai, lalu merebusnya sampai mendidih. Kemudian kacang dicuci ulang sembari memisahkan antara kacang tempe dengan kulitnya. Jika sudah terpisah dan kulitnya dibuang, kacang kedelai tersebut direndam dan didiamkan semalam dengan air bersih.
Esok hari, 1 Maret 2023, ketika diamati kembali oleh siswa, terlihat buih di air rendaman dan bau dari air tersebut. Bau yang tercium berbeda dari hari sebelumnya, seperti tercium bau yang khas olahan tempe. Siswa pun terheran dan muncul pertanyaan yang cukup kritis. “Kenapa bau dan buih ini bisa muncul?” tanya Danar dan Fahri selaku ketua kelompok.
Kacang yang direndam itu kemudian dicuci ulang oleh masing-masing kelompok sampai bersih sebelum dididihkan kembali sampai matang. Setelah air mendidih dan dirasa cukup, kacang tersebut ditiriskan, kemudian diberikan ragi tempe (Rhizopus sp.) yang nantinya akan memfermentasi kacang menjadi tempe. Selanjutnya siswa memberikan ragi tersebut ke kacang kedelai yang sudah matang dan membungkusnya ke wadah plastik yang sudah dilubangi. Kacang disimpan sampai 2 hari agar hasilnya maksimal. Tidak lupa setiap harinya siswa mengamati perubahan yang terjadi.
Hari pertama pengamatan, 2 Maret 2023, siswa melihat adanya warna putih. Suhu dari kacangnya mulai terasa hangat, yang menandakan proses fermentasi berjalan dengan baik.
Hari kedua, 3 Maret 2023, tempe sudah terlihat putih di semua bagian dan menandakan proses fermentasi sudah sempurna. Produk ini kemudian diberi nama Tempe-Ins. Tidak hanya membuat, siswa pun menjual produk yang di beri nama Tempe-Ins dengan harga Rp. 5.000,-/bungkus ke orang tua siswa yang kebetulan sedang melakukan kajian Fosis bulanan.
Pada praktikum kali ini siswa tidak hanya belajar membuat tempe. Siswa dituntut pula untuk memasarkan tempe agar menjadi seorang entrepreneur.[]